Selasa, 13 Mei 2014

Pengemasan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pasca panen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia.



1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
         Maksud dari praktikum pengukuran kemasan kaleng ini adalah taruna bisa mengikuti,  mengetahui, mengidentifikasi proses pengukuran kaleng  mulai dari proses pembongkaran kaleng sampai dengan perhitungan overlap.
1.2.2. Tujuan
          Tujuan dari praktikum pengukuran kemasan kaleng ini adalah taruna bisa mengikuti dan mengetahui secara langsung proses pengukuran kaleng mulai dari proses pembongkaran kaleng sampai dengan pengukuran overlap dan untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan dalam proses pengukuran tersebut.










II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengemasan
Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa tertampung dan terlindungi. Sedangkan kemasan produk adalah bagian pembungkus dari suatu produk yang ada di dalamnya. Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan atau memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat didalamnya.
Teknologi Pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai proses pengemasan yang sederhana atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan atau anyaman bambu sampai teknologi modern seperti saat ini. Dalam teknologi pengemasan modern misalnya jaman dulu orang membuat tempe di bungkus dengan daun pisang atau daun jati, membungkus gula aren dengan daun kelapa atau daun pisang kering. Teknologi pengemasan yang semakin maju dan modern telah hampir meniadakan penggunaan bahan pengemas tradisional. diantara contoh-contoh pengemasan modern diantaranya menggunakan bahan plastik, kaleng/logam, kertas komposit, dan lain sebagainya.
            Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kemasan di antaranya adalah :
1)         Elemen-elemen visual yang terdiri dari: bentuk, gambar, tulisan serta warna.
2)         Material yang digunakan: kertas, plastik, gelas, kayu atau metal.
3)         Elemen brand identity: logo, maskot, slogan, dan endorsement.
4)         Ukuran: berat atau isinya (gram/liter).
5)         Informasi-informasi yang menjelaskan (labeling): data perusahaan, cara penyimpanan, cara pemakaian, manfaat produk, tanggal kadaluwarsa, barcode, tanda halal (makanan/minuman), info/peringatan (obat-obatan), serta authentication seal (untuk menjamin barang itu baru dan asli).
Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu
1)            Kerusakan yang sangat ditentukan oleh faktor alamiah dari produk sehingga tidak dapat dicegah dengan pengemasan saja (perubahan-perubahan fisik, biokimia, dan kimia serta mikrobiologis)
2)            Kerusakan yang tergantung pada lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang digunakan (kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, absorpsi dan intraksi dengan oksigen, kehilangan dan penambahan citarasa yang tidak diinginkan).



 2.2. Jenis-Jenis dan Sifat Bahan Pengemas
Bahan kemas dapat dibagi jenisnya menjadi 5 (lima) jenis yaitu:
a. Kemasan gelas:
Gelas merupakan salah satu bahan kemas yang tertua. Wadah-wadah gelas berkembang terus, mulai dari bejana sederhana hingga berbentuk wadah yang sangat menarik.  Sebagai bahan kemas gelas mempunyai sifat –sifat yan menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi), kuat, tahan terhadap kerusakan, sangat baik sebagai barier terhadap benda padat, cair dan gas. Sifat gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi disamping itu beberapa jenis gelas seperti ”pyrex” tahan terhadap suhu tinggi. Gelas berpengaruh terhadap bahan yang dikemas (tidak ada perpindahan), penahan yang baik terhadap uap air, air dan gas. Kelemahan gelas yaitu rapuh,mudah pecah dan kurang baik bagi produk-produk yang peka terhadap penyinaran (ultraviolet),berat sehingga biaya distribusi dan transportasi tinggi, perlu bahan pengemas kedua, serta membutuhkan banyak tenaga.
b. Kemasan kertas dan karton
Pada umumnya kertas dibuat dari selulosa kayu atau merang padi, ada dua jenis kertas yang digunakan sekarang yaitu kertas kasar dan kertas lunak. Semua kertas yang digunakan sebagai kemasan diklasifikasikan sebagai kertas kasar.
c. Kemasan Kayu
Kayu digunakan dalam pembuatan palet. Peti dan kotak kayu merupakan bahan pengemas sekunder. Penggunaan kayu sebagai papan partikel, atau bentuk lain dari papan keras untuk tujuan pengemasan.  Syarat : mudah tersedia, mudah disambung dan dipaku, kuat, tergantung pada jenis, ukuran dan proses awal dari produk yang dikemas.
Kesempatan baik untuk kayu di masa mendatang akan tetap ada, terutama pada aplikasi macam kemasan, khususnya  yang berhubungan dengan beban unit dan palet. Kayu sebagai salah satu alternatif yang ekonomis disamping pengemas kertas atau bentuk plastik lentur. Penggunaan kayu sebagai papan partikel, strandboard atau bentuk lain dari papan keras (hardboard) untuk tujuan pengemasan.
d. Kemasan Plastik
Pengunaan plastik hampir tak dapat terpisahkan dari kehidupan keseharian kita, tak terkecuali untuk kemasan makanan. Tidak heran karena plastik merupakan bahan pembungkus makanan yang murah harganya, mudah didapat dan tahan lama.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan , plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
Penggunaan  plastik sebagai kemasan dapat  berupa kemas bentuk (flexible) atau sebagai kemas kaku. Makanan padat yg umumnya memiliki umur simpan pendek atau makanan yang tidak memeliki perlindungan yang hebat dibungkus dengan kemas bentuk. Akan tetapi makanan padat yang memerlukan perlindungan yang kuat perlu dikemas dengan wadah kaku dalam botol, jerigen, kotak atau bentuk lain.
e. Kemasan logam
Beberapa keuntungan dari wadah kaleng untuk makanan dan minuman yaitu mempubyai kekuatan mekanik yang tinggi, mempunyai sifat sebagai ”barrier” yang baik khususnya terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetis. Disamping mempunyai resiko adanya pengikisan atau migrasi unsur-unsur logam, akan tetapi toksitasnya relatif rendah, tahan terhadap perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim dan mempunyai permukaan yang ideal untuk pemberian dekorasi dan labeling.
2.3. Kemasan Kaleng
Wadah yang dibuat dari logam, baik yang berasal dari plat timah (tin plate) atau aluminium merupakan pengemas yang sangat kuat dan sangat baik digunakan dalam pengawetan makanan. Logam ini mempunyai daya tahan yang bagus terhadap panas, dingin, maupun kelembaban. Kaleng dari plat timah dibuat dari baja yang dilapisi dengan timah putih (Sn) yang tipis dengan kadar timah tidak lebih dari 1,0-1,25% dari berat kaleng. Untuk mencegah timbulnya reaksi yang mungkin menyebabkan korosi (kebocoran) maka bagian dalam kaleng seringkali dilapisi dengan bahan pelapis dengan pelindung tertentu yang sesuai. Lapisan ini dapat berupa epoxy resin, epoxy ester oleo risin, phenolic, vinil, dll yang tidak mempengaruhi rasa dan bau.
Kemasan kaleng yang lain, yaitu lembaran aluminium pada umumnya digunakan pada industri minuman karena sifatnya yang lebih ringan dan daya korosif oleh udara yang rendah namun lapisan dalam aluminiumpun selalu dilapisi oleh lapisan pelindung tertentu.

Persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut;
1.      Permukaan dalam dan luar wadahnya harus tahan terhadap reaksi yang menimbulkan karat selama kondisi penyimpanan, distribusi, dan penjualan;
2.      Kaleng harus mampu melindungi isinya terhadap kontaminasi mikroorganisme dan substansi lainnya;
3.      Permukaan bagian dalam kaleng harus tidak bereaksi dengan isi agar tidak menurunkan mutu isinya maupun merusak wadahnya;
4.      Kaleng harus cukup kuat menahan tekanan mekanis dan panas yang diterima selama proses pengalengan berlangsung;
5.      Kaleng harus mudah dibuka;
6.      Kaleng harus cukup murah yang memungkinkan pemakaiannya untuk menghasilkan produk perikanan yang harganya murah;
7.      Kaleng harus mempunyai bentuk yang menarik, praktis dan sesuai dengan produk yang dikalengkan (tergantung dari jenis produk yang dikalengkan dan mesin pembuat kaleng) (Moelyanto, 1992).
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya proses karat atau perubahan warna (discoloration) pada produk, maka pada lapisan terluar dari permukaan kaleng bagian dalam diberi lacquer dan coating. Khusus untuk olahan ikan digunakan jenis Sulphur Resistant (SR) atau yang disebut   C-enamel (Moelyanto, 1992).
Kaleng yang digunakan akan berbeda menurut grade tertentu berdasarkan komposisi lapisan-lapisannya, cara melapisinya dan faktor-faktor lainnya karena semuanya mempengaruhi daya tahan kaleng tersebut terhadap makanan tertentu (Moelyanto, 1992).

2.4. Jenis-jenis kaleng
Ada 2 jenis kaleng yang umum digunakan dalam pengalengan rajungan yaitu, sebagai berikut :
1.   Jenis kaleng yang terdiri atas tiga bagian kaleng (three piece can), kaleng ini mempunyai ukuran (diameter) yang tidak mempunyai sisi pembatas, mempunyai range yang luas terhadap ketebalan kekerasan dari lembaran timah yang digunakan untuk badan dan tutup kaleng, mempunyai daya perlindungan yang tinggi terhadap isi kaleng, kaleng ini juga tahan dan kuat;
2.   Jenis kaleng yang terdiri atas dua bagian kaleng (two piece can), kaleng ini tidak mempunyai sambungan sisi sehingga terhindar dari kebocoran sisi kaleng, mempunyai daya tahan terhadap tumpukan yang tinggi, tidak terdapat solderan, dapat disablon sehingga mengurangi biaya pelabelan dan mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan dengan three piece can.










III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Hari                 : Selasa.
Tanggal          : 4 Juni 2013.
Pukul              :              WIB.
Tempat           : di Workshop Akademi Perikanan Sidoarjo, Sedati, Sidoarjo.
3.2. Alat dan Bahan Beserta Fungsinya
3.2.1. Alat dan Fungsinya
            Alat - alat yang digunakan untuk praktikum kemasan kaleng adalah sebagai berikut :
a. Tang                        : Untuk membuka lipatan kaleng.
b. Gunting                   : Untuk membuka body kaleng.
c. Penggaris                : Untuk Mengukur Panjang dan Lebar lembaran kaleng.
c. Micrometer         : Untuk mengukur Seam Width (W), Seam Thicness (T), Cover Hook (CH), Body Hook (BH).
d. Skat Mat                   : Untuk mengukur Can Weight.
e. Standial Indicator      : Untuk mengukur Counter Sink (CS).
f. Jangka Sorong          : Untuk mengukur ketebalan kaleng.

3.2.2. Bahan dan Fungsinya
            Bahan - bahan yang digunakan untuk praktikum kemasan kaleng adalah sebagai berikut :
a. Kaleng Kosong        : 1 buah.
3.3. Prosedur Kerja Perhitungan Overlap Kaleng
Penerimaan Kaleng
 


Pencucian
 


Pengecekan I
 


Pembongkaran
 


Pengecekan II
 


Perhitungan Overlap





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Prosedur Kerja Pembukaan Kaleng
1.      Periksa kerusakan kaleng seperti: pengkaratan, penggembungan atau pencekungan pada kaleng.
2.      Periksa bunyi kaleng pada kondisi terbuka, dengan melakukan pemukulan kaleng dengan menggunakan tang (pemukul kaleng) pada posisi kaleng di atas meja, dengarkan bunyinya nyaring atau tidak nyaring. Kaleng dinyatakan baik apabila berbunyi nyaring dan kuarang baik apabila berbunyi tidak nyaring.
3.      Periksa fisik  kaleng bagian dalam setelah kaleng dibuka. Periksa kerusakan kaleng seperti pengkaratan, penghitaman atau perubahan-perubahan pada lapisan dalam kaleng.

4.2.  Prosedur Derajat  Kehampaan
            Pengukuran derajat kehampaan pada produk kaleng dengan menggunakan alat pengukur kehampaan (vacuum gauge). Adapun prosedur untuk menghitung atau mengukur derajat kehampaan adalah sebagai berikut:
  1. Cuci kaleng dengan air bersih kemudian keringkan dengan lap bersih atau kertas tissu.
  2. Letakkan kaleng pada tempat datar dan ukur kehampaan dengan cara menancapkan alat pengukur kehampaan pada bagian tengah permukaan tutup kaleng.
  3. Bandingkan nilai kevakuman yang tertera pada jarum penunjuk alat pengukur kehampaan dengan standart dearajat kehampaan.
4.3. Prosedur Head Space
            Pengukuran jarak permukaan produk dengan tutup kaleng, menggunakan alat jangka sorong (dial caliper). Adapun prosedur untuk mengukur head space adalah sebagai berikut:
  1. Buka kaleng secara hati-hati dengan menggunakan alat pembuka kaleng
  2. Letakkan kaleng pada permukaan datar kemudian ukur jarak permukaan produk dengan tutup kaleng dengan menggunakan jangka sorong.
  3. Ruang hampa udara maksimal 1/10 tinggi kaleng.

4.4. Prosedur Overlap
            Penentuan overlap merupakan cara untuk menentukan baik atau buruknya proses penutupan kaleng. Penentuan dilakuakan dengan alat seam micrometer sbb;
  1. Keluarkan isi kaleng lalu cuci kaleng dengan air bersih.
  2. Letakkan kaleng di atas meja dengan posisi tidak bergerak.
3.    Ukur kedalaman (countersink), ketebalan dari sambungan ganda body hook (BH) dan cover hook (CH) (thickness) dan lebar sambungan kaleng (width) (W). Potong secara memanjang dengan gergaji besi sepanjang 1 cm. Kikir bagian sambungan ganda kaleng yang telah dipotong tadi untuk memisahkan body dan cover kaleng.
4.    Ukur body hook (BH), cover hook (CH), end plate thickness (EPT) dan body plate thickness (BPT).
  1. Ukur body hook (BH), cover hook (CH), end plate thickness (EPT) dan body plate thickness (BPT).


Cara Menghitung Overlap
% OVERLAP = BH + CH + EPT – W   X   100%
W – (2EPT + BPT)

Keterangan:
BH       = Panjang lipatan badan kaleng (body hook) (mm)
CH       = Panjang lipatan tutup kaleng (cover hook) (mm)
W         = lebar sambungan kaleng (width) (mm)
EPT     = Ketebalan tutup kaleng (end plate thickness) (mm)
BPT     = Ketebalan badab kaleng (body plate thickness) (mm).

4.5. Data Praktek Untuk Menghitung Overlap Kaleng
            Diketahui : BH             = 1,0 mm
CH            =  2,0 mm
W              =  3,2 mm
EPT          =   0,5 mm
BPT          =  0,3 mm
Ditanya: % Overlap ?
Jawab:
% OVERLAP = BH + CH + EPT – W   X   100%
W – (2EPT + BPT)

                        = 1,9 + 2,0 + 0,5 – 3,2   X   100%
3,2 – (2(0,5) + 0,3)

= 4,4 – 3,2   X   100%
1,9
= 1,2 X   100%
1,9
= 0,63 x 100%
= 63 %

Jadi % Overlap pada kaleng tersebut adalah sebesar 63 %.

V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan
            Dari hasil praktek dapat saya simpulkan bahwa:
1.    Alur proses untuk penukuran overlap adalah Penerimaan Kaleng, Pencucian Kaleng, Pengecekan Kaleng I, Pembongkaran Kaleng, Pengecekan Kaleng II dan Penghitungan Overlap.
2.    Hasil pengukuran overlap pada praktek ini adalah 63%.

5.2. Saran
            Dalam praktek pengukuran overlap pada kaleng harus dilaksanakan dengan hati-hati dan harus sesuai dengan alur proses atau sesuai dengan ketentuan  untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat karena dengan seperti itu kita bisa mengetahui layak apa tidaknya suatu kaleng digunakan dalam proses pengalengan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar