I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Upaya pemerintah untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai. Penerapan
program zero waste memberikan harapan cerah, namun hingga kini
masih perlu kerjakeras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30
persen. Produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun.
Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah (Andry, 2010).
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : ikan rucah
yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai
pangan, bagian daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari industri pengolahan value added, industri pengalengan, atau
industri pemiletan, ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada
musim produksi ikan melimpah, dan kesalahan penanganan dan pengolahan. Dari
informasi tersebut, jelas bahwa kualitas limbah hasil perikanan beragam.
Berbagai teknik penanganan dan pengolahan dapat diterapkan untuk
memanfaatkan limbah yang kualitasnya baik atau sudah menurun. Berbagai
produk telah dihasilkan dari limbah yang berkualitas baik, seperti surimi, fish
jelly, produk fermentasi dan kerupuk. Sedangkan dari limbah yang
kualitasnya telah menurun dapat dihasilkan tepung ikan, tepung tulang, dan
silase.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1. Mempelajari proses penanganan limbah hasil perikanan di PT. Blambangan
FoodPackers Indonesia (limbah padat
dan limbah cair).
2. Mengetahui apakah limbah di PT. Blambangan FoodPackers Indonesia tidak
merusak ekosistem perairan.
1.2.2 Tujuan
Tujuannya adalah
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara langsung tentang
penanganan limbah padat aupun limbah cair di PT. Blambangan FoodPackers Banyuwangi Jawa Timur.
II. TINJAUAN PUATAKA
2.1.
Pengertian Limbah
Menurut Wikipedia
(2008), limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah,
yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas
limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan
limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah.
Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
- Pengolahan menurut tingkatan
perlakuan
- Pengolahan menurut karakteristik
limbah
2.2. Jenis-jenis Limbah
Menurut Sulaiman (2011), berdasarkan karakteristiknya limbah
dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
2.2.1.
Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku
mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air
terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan
untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia
tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan buangan air.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu
penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang
dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil
atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang
ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan
untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair. Teknik-teknik
pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi
menjadi 3 metode pengolahan:
1.
pengolahan secara fisika
2. pengolahan
secara kimia
3. pengolahan
secara biologi
2.2.2.
Limbah Padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang,
seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak
punya nilai ekonomis.
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah
kembali kemudian dibuang dan dibakar.
2.2.3.
Limbah Gas dan Partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa
partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi),
karbon monoksida dan timah. Udara adalah media pencemar untuk limbah gas.
Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2,
NO2, CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan
alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
2.2.4.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun
Suatu limbah
digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang
sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang
termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun
yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses,
dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan
ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi
dapat diketahui termasuk limbah B3.
2.3. Penanganan Limbah Padat dan Cair
2.3.1. Penanganan Limbah Padat
Penanganan limbah padat
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya
dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah
padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu
pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan : Limbah padat yang tidak
mengandung unsur kimia yang beracun dan
berbahaya dapat langsung dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Limbah padat
dengan pengolahan: limbah padat yang
mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat-tempat tertentu.
Penanganan limbah juga dapat dilakukan dengan
cara-cara yang sedehana lainnya misalnya,
dengan cara mendaur ulang, dijual kepasar loak. Cara ini bisa menjadikan
limbah atau sampah yang semula bukan apa apa
sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis
dan bisa menghasilkan uang (Eafrianto, 2009).
Menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pertanian (2010), limbah padat yaitu: sampah dan buangan pabrik lainnya
harus dikumpulkan setiap saat di tempat khusus dan segera dibuang atau didaur
ulang sehingga tidak menumpuk dan menjadi sarang hama, tempat-tempat pembuangan sampah harus
selalu dalam keadaan tertutup untuk menghindari bau busuk dan mencegah
pencemaran lingkungan
dan sistem penanganan limbah harus
baik dan selalu dipantau agar tidak mencemari liingkungan.
2.3.2. Penanganan Limbah Cair
Menurut Hindarko (2003), Beberapa cara pengolahan limbah antara lain dengan
memberikan bahan kimia yang dapat menetralkan air, menghancurkan senyawa yang berbahaya, menggumpalkan kotoran-kotoran.
Untuk pengolahan limbah cair perlu dibangun Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
Pada prinsipnya pengolahan air limbah dapat
dikelompokkan menjadi lima tahapan pengolahan. Namun hal
ini juga bergantung kepada jenis air limbah dan tujuan pengolahan tersebut. Keenam tahapan pengolahan air limbah tersebut adalah:
pengolahan pendahuluan (pre treatment), pengolahan primer (primary treatment), pengolahan sekunder (secondary treatment), pengolahan tersier (tertiary treatment) dan pembuangan lanjutan (ultimate disposal)
Pengolahan pendahuluan (pre treatment) adalah pengolahan pendahuluan
ditujukan untuk menyaring benda terapung dan mengendapkan benda yang berukuran
besar seperti sampah, lemak, kerikil atau pasir. Tahap selanjutnya adalah
melakukan penyeragaman kondisi air limbah (equalization) yang meliputi
debit dan keasaman air limbah.
Pengolahan Primer (primary treatment) adalah pengolahan primer bertujuan
untuk menghilangkan zat padat tersuspensi melalui pengendapan (sedimentation)
atau pengapungan (flotation). Proses pengendapan tahap pertama ini masih
sederhana karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan cara gravitasi.
Bahan kimia dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan tersebut.
Pengendapan biasanya dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang secara
periodik dibersihkan endapannya. Proses pengapungan dilakukan dengan
menghembuskan udara dari bawah sehingga partikel akan mengapung kemudian
dipisahkan dari cairan.
Pengolahan sekunder (secondary treatment) bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik
dalam air limbah dengan menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif, trickling
filter, anaerobic digester, biogas, dan
lain-lain. Terdapat dua hal penting dalam proses ini
adalah penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
Pengolahan tersier (tertiary treatment) adalah pengolahan yang
dilakukan apabila setelah pengolahan pertama dan
kedua masih banyak bahan polutan yang terdapat dalam air limbah. Pengolahan ini
dilakukan secara khusus tergantung jenis bahan
polutan yang ada. Beberapa alat yang biasa digunakan untuk pengolahan tersier
adalah saringan pasir, saringan multimedia, vacum filter, penyerapan, dan lain-lain.
Pembuangan lanjutan (ultimate disposal) merupakan pengolahan air limbah yang
menghasilkan lumpur. Lumpur tersebut perlu diolah lebih
lanjut untuk menghilangkan tingkat polutannya dan kemudian dapat dimanfaatkan
atau dibuang ke lingkungan. Beberapa proses pengolahan lumpur adalah pemekatan,
penstabilan, pengurangan air, dan pengeringan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penanganan Limbah
3.1.1. Penanganan Limbah
Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi PT.
Blambangan FoodPackers Indonesia tediri dari kepala ikan, isi perut dan ekor
ikan. Limbah-limbah padat tersebut tidak langsung dibuang melainkan diolah
terlebih dahulu yaitu dijadikan tepung ikan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Eafrianto (2009) yang menyatakan bahwa penanganan
limbah dapat menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa apa sehingga
bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa
menghasilkan uang.
Proses pembuatan tepung
ikan adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan
bahan baku
Bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan tepung ikan adalah kepala ikan, isi perut dan ekor ikan yang
berasal dari proses trimming pada
proses pengalengan dan produk VAP. Bahan baku diangkut sore hari setelah proses
peoduksi selesai menggunakan forklift dari tempat produksi sardine menuju
tempat pembuatan tepung ikan yang berada di sebrang jalan tempat produksi
tersebut. Proses penepungan dilakukan pada waktu pagi hari. Bahan baku yang
diproses kurang lebih 1 ton per produksi.
2. Pengepresan
Proses selanjutnya adalah
pengepresan. Limbah padat dimasukkan pada sebuah mesin pengepres. Tujuan dari
proses pengepresan ini adalah untuk menghilangkan kandungan air pada limbah
padat sehingga proses pengeringan akan berjalan lebih cepat. Setelah proses
pengepresan ini kadar air berkurang ±30%
3. Pengeringan
Setelah proses pengepresan
selesai, proses
selanjutnya adalah pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven
hingga limbah menjadi benar-benar kering. Sumber panas oven berasal dari kayu
bakar. Pada proses ini sekaligus menyaring limbah dari sampah atau kotoran yang
terbawa sebelum mengalami proses penepungan.
4.
Penepungan
Proses penepungan dilakukan setelah limbah padat
benar-benar kering. Proses penepungan dilakukan ddengan menggunakan mesin selep
yang berkapasitas besar. Proses penepungan mengubah limbah yang semula
berbentuk padatan-padatan besar menjadi tepung yang halus dan berwarna
kecoklatan.
5.
Pengemasan
Setelah limbah diselep dan berubah menjadi tepung ikan.
Proses selanjutnya adalah pengemasan. Tepung ikan dikemas dalam karung plastik
dan kemudian bagian atasnya dijahit
menggunakan benang tebal. Tepung ikan dikemas sebanyak 50 kg tiap karungnya
dengan harga Rp. 8.500,-/kg. Tepung ikan dipasarkan disekitar kota banyuwangi
dan pembeli mendatangi langsung PT. Blambangan FoodPackers Indonesia. Layout
instalasi pembuatan tepung ikan dapat dilihat pada lampiran 1.
3.1.2 Penanganan
Limbah Cair
Limbah
cair yang dihasilkan pada proses pembuatan sardine meliputi air dari hasil
proses sanitasi dan air limbah dari proses produksi. PT. Blambangan FoodPackers
Indonesia (BFPI) sudah memiliki IPAL yang berfungsi sangat baik. Proses penanganan limbah pada IPAL milik PT.
BFPI menggunakan tambahan bahan kimia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hindarko (2003) yang menyatakan bahwa beberapa cara
pengolahan limbah antara lain dengan memberikan bahan kimia yang dapat
menetralkan air, menghancurkan senyawa
yang berbahaya, menggumpalkan kotoran-kotoran. Untuk pengolahan limbah
cair perlu dibangun Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
Layout Instalasi Pengolah Air Limbah dapat dilihat pada lampiran 2. Proses pengolahan limbah
pada PT. Blambangann FoodPackers Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Grease
Trap
Grease trap merupakan pengolahan
limbah cair yaitu untuk menyisihkan lemak dan minyak dari air. Fungsi dari grease trap adalah untuk mencegah
penyumbatan pada pipa-pipa saluran pada pengolahan limbah. Lemak dan minyak
yang sudah terpisah kemudian dibuang secara manual ke Sludge Drying Bed.
Gambar 1. Grease Trap
Sumber:
Data Primer (2013)
2. Chemical
Treatment
Chemicial
treatment adalah
penambahan zat kimia pada air limbah. Zat kimia yang ditambahkan meliputi air
kapur dan tawas. Air kapur yang digunakan berfungsi untuk mengatur pH dan tawas
atau PAC berfungsi sebagai koagulan. Pada chemical
treatment tersebut terdapat 2 tabung. Tabung 1 berisi air kapur dan tabung
2 berisi air tawas. Pencampuran zat kimia tesebut menggunakan perbandingan
setiap 300 m3 air limbah ditambahkan 30 kg kapur dan 15 kg tawas.
Gambar 2. Chemical Treatment
Sumber:
Data Primer (2013)
3.
Equalisasi
Bak equalisasi berfungsi untuk menyeragamkan debit dan
kondisi air limbah sebelum dialirkan pada unit pengolahan biologi atau unit
aerobik. Bak equalisai dilengkapi oleh 1 unit submersible pumb, gate valve, water level control dan flow water. Unit ini juga dilengkapi
dengan diffuser yang berfungsi untuk mengaduk limbah yang tertampung agar
tercampur merata.
Gambar 3. Equalisasi
Sumber:
Data Primer (2013)
4. Unit Aerasi dan Clarifier
Unit
aerasi merupakan unit utama pada pengolahan air limbah secara biologis dengan suplay udara (oksigen) dari blower. Pada
unit ini akan menghasilkan biomassa berupa lumpur aktif dan akan diendapkan
pada unit clarifier, untuk selanjutnya di resirkulasikan secara berkala pada
bak aerasi dan dibuang menuju Sludge
Drying Bed.
Gambar 4. Unit
Aerasi dan Clarifier
Sumber:
Data Primer (2013)
5.
Bak
Penampung Effluent dan Sand Filter
Air dari
clarifier dialirkan menuju dan penampung effluent
dan sand filter. Unit ini berfungsi
untuk menyaring partikulat yang terikut bersama aliran limbah. Penggantian
pasir pada sand filter dilakukan 2-4 minggu sekali tergantung dari debit air
limbah yang diolah tiap harinya.
Gambar 5. Bak
Penampung Effluent dan Sand Filter
Sumber: Data Primer (2013)
6.
Bak
Kontrol
Bak
kontrol ini berfungsi sebagai indikasi apakah air limbah sudah dalam kaedaan
netral atau belum. Air yang telah disaring pada sand filter kemudian dialirkan pada bak kontrol. Yang digunakan
sebagai indikator pada bak ini adalah ikan. Apabila ikan tetap dalam kondisi
baik maka dapat disimpulkan air suda berada dalam kondisi normal dan siap
dibuang pada saluran air. Namun apabila ikan mati maka harus diadakan
pengolahan ulang sebelum air dibuang.
Gambar 6. Bak
Kontrol
Sumber: Data Primer (2013)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Penanganan limbah cair di PT.
Blambangan FoodPackers Indonesia telah baik dan melalui tahapan-tahapan yang
sesuai dengan standar untuk menjaga ekosistem dan kesehatan lingkungan.
2. Sementara penanganan pada limbah
padat dapat menghasilkan tepung ikan dengan keuntungan atau nilai ekonomis yang
tinggi.
4.2. Saran
1. Sebaiknya
untuk hasil dari limbah padat dapat dikembangan menjadi produk yang lebih
menguntungkan lagi. Khususnya produk yang bisa dikonsumsi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar