PRAKTIKUM PEMBUATAN KECAP IKAN DENGAN PENAMBAHAN ENZIM BROMELIN 5% DAN KADAR GARAM
20%
TUGAS MATA KULIAH BIOTEKNOLOGI DAN PENGEMBANGAN PRODUK
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERIKANAN
SEMESTER V
OLEH :
AKMALUM RAHMAN
(11.4.02.267)
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN
PERIKANAN
AKADEMI PERIKANAN SIDOARJO
2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bioteknologi
adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi,
virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Atau dengan kata lain
bioteknologi adalah penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa
dalam mengolah suatu bahan dengan memanfaatkan organisme hidup dan
komponen-komponennya untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
manusia. Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju.
Dalam
pemanfaatan bioteknologi di bidang pangan terdapat beberapa teknik diantaranya
adalah fermentasi. Proses fermentasi adalah proses yang dilakukan dengan bantuan
mikrobia atau enzim sehingga bahan makanan mengalami perubahan secara
biokimiawi yang dikehendaki dan dapat memberikan ciri spesifik makanan
tersebut. Bila dilihat dari manfaatnya makanan hasil fermentasi dapat memiliki
keunggulan tersendiri yaitu diantaranya adalah makanan akan lebih bergizi dan
lebih mudah dicerna.
Melihat
kondisi alam Indonesia yang sebagian besar adalah laut, harus kita sadari bahwa
hasil laut di Indonesia sangat berlimpah. Banyak warga masyarakat yang
menggantungkan hidupnya sebagai pencari ikan, tetapi karena keterbatasan
pengetahuan mereka hanya menjual ikan-ikan tersebut tanpa dapat mengolahnya
menjadi makanan yang baik yang memiliki nilai gizi dan nilai jual yang lebih..
Salah
satu industri pengolahan ikan secara tradisional adalah fermentasi dan salah
satu jenis proses fermentasi adalah pembuatan kecap ikan. Kecap ikan merupakan
proses pengolahan yang paling sedikit dilakukan oleh para pengolah hasil
perikanan dibandingkan proses fermentasi yang lain. Dilihat dari dua hal
tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang pemanfaatan pengolahan ikan
dengan proses fermentasi. Maka dari itu penulis akan mengambil judul makalah
tentang fermentasi pada kecap ikan.
1.2.
Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Adapun
maksud dari praktik bioteknologi ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan pada proses pembuatan kecap ikan dengan melibatkan enzim bromalin.
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum
bioteknologi pembuatan kecap ikan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses hidrolisis dan
fermentasi pada proses pembuatan kecap ikan
2. Mengetahui peranan enzim bromalin pada
proses pembuatan kecap ikan.
3.
Mengetahui diagram alir proses fermentasi kecap ikan dan penjelasannya
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan
apa yang terjadi dalam proses pembuatankecap ikan secara alami
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kecap Ikan
Kecap
ikan merupakan produk hasil fermentasi yang dibuat dari sari daging ikan yang
sengaja dibuat khusus untuk dibuat kecap ikan atau sari daging ikan yang
merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan lainnya (misalnya :
pemindangan). Selain di Indonesia, kecap ikan sangat terkenal di beberapa
Negara asia tenggara. Di Vietnam, kecap ikan dikenal dengan nama nuoc Mam, di
Kamboja nuoc mam guacam dan di filiphina patis sedangkan di Jepang kecap ikan
terkenal dengan nama shottsuru.
Kecap yang
diperoleh dari fermentasi ikan, garam dan bromelin. Pada pembuatan kecap ikan,
upaya untuk mempercepat proses fermentasi adalah dengan penambahan enzim yaitu
enzim bromelin yang berasal dari ekstrak nanas. Dengan adanya penambahan enzim
ini maka proses penguraian protein ikan hanya berlangsung dalam waktu 4 hari.
2.2.
Pengertian Hidrolisis
Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan H₂O sebagai pemecah suatu persenyawa termasuk
inversi gula, saponifikasi lemak dan ester, pemecahan protein dan reaksi
Grignard. H₂O
sebagai zat pereaksi dalam pengertian luas termasuk larutan asam dan basa
(dalam senyawa organik, hidrolisis, netralisasi).
2.3. Klasifikasi Ikan Mujair
2.3.1. Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub Phylum :
Vertebrata
Super
Class : Pisces
Class : Osteichthyes
Ordo
: Percomorphi
Familia : Percomorphidae
Genus
: Tilapia
Spesies
: Tilapia mosambica
2.3.2. Deskripsi
Mujair mempunyai bentuk badan yang pipih dan
bersisik yang kecil-kecil seperti sisir.Warna tubuhnya hitam,.Mulutnya agak
besar, berada di ujung tubuh dan posisi sirip dan gigi halus. Perut terhadap
sirip dada berbentuk sejajar. sirip dada dan perut berwarna hitam
kemerah-merahan, sedangkan sirip punggung dan ekor berwarna kemerah-merahan
pada ujungnya.Ciri-ciri khas mujair yaitu dagu bagian bawahnya berwarna
kekuning-kuningan, dan lebih jelas lagi bila ikan tersebut berjenis kelamin
jantan dan sudah dewasa.
2.4.
Biokatalisator
2.4.1. Garam
Garam
adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat beberapa
contoh garam, antara lain: NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain. Dalam
kehidupan sehari–hari tentu kamu tidak asing dengan garam.
Garam
digunakan secara luas dalam pengawetan produk- produk pengawetan ikan, daging,
dll. mekanisme dari penggaraman ini adalah pengawetan bahan pangan berperan
sebagai penghambat selektif terhadap mikroorganisme pembusuk atau proteolitik.
Selain itu garam juga mempengaruhi aktivitas air dari bahan, sehingga kondisi
ini akan menentukan pertumbuhan mikroorganisme yang ada.
2.4.2. Enzim
Bromelin
Rekayasa penambahan enzim proteolitik
sebelum fermentasi dapat mempersingkat waktu pembuatan kecap ikan. Dalam hal ini
tidak diperlukan lagi waktu adaptasi mikroorganisme untuk menghasilkan enzim
yang dapat menghidrolisis protein. Mahalnya harga enzim proteolitik yang murni
menjadi kendala untuk menghasilkan kecap ikan yang cepat, mudah dan murah.
Namun dengan memanfaatkan getah pepaya dan ekstrak buah nenas sudah dapat
menggantikan peran enzim proteolitik yang murni tadi.
Dalam getah buah pepaya terdapat enzim proteolitik yang sering disebut papain. Papain ini memiliki kapasitas yang tinggi untuk menghidrolisis protein. Dalam industri makanan, papain sudah cukup banyak digunakan antara lain untuk mempertahankan kesegaran bir, pelunakan daging dan menghilangkan protein pada makanan. sedangkan buah nenas, khususnya nenas muda juga terdapat enzim proteolitik lain yaitu bromelin. Kemampuannya dalam menghidrolisis protein juga tidak jauh berbeda dari papain. Namun masalahnya, kecap ikan yang dihasilkan memiliki aroma dan warna yang jauh berbeda dari kecap ikan yang dibuat secara tradisional, walaupun kandungan gizinya tidak jauh berbeda. Di Indonesia produk makanan kecap ikan masih belum umum, dan pembuatan kecap ikan itu terbilang lama karena pada proses fermentasi yang dilakukan secara tradisional memerlukan waktu yang berbulan-bulan untuk menghasilkan rasa yang enak. ada cara lain yang tidak memerlukan waktu yang lama yaitu dengan menggunakan enzim papain dan bromelin, tetapi apabila kita menggunakan enzim tersebut tidak dapat dihasilkan rasa yang baik bila dibanding dengan cara yang sederhana. tetapi hal itu bisa dinetralisir dengan menambahkan bumbu-bumbu pembentuk rasa dan aroma.
Dalam getah buah pepaya terdapat enzim proteolitik yang sering disebut papain. Papain ini memiliki kapasitas yang tinggi untuk menghidrolisis protein. Dalam industri makanan, papain sudah cukup banyak digunakan antara lain untuk mempertahankan kesegaran bir, pelunakan daging dan menghilangkan protein pada makanan. sedangkan buah nenas, khususnya nenas muda juga terdapat enzim proteolitik lain yaitu bromelin. Kemampuannya dalam menghidrolisis protein juga tidak jauh berbeda dari papain. Namun masalahnya, kecap ikan yang dihasilkan memiliki aroma dan warna yang jauh berbeda dari kecap ikan yang dibuat secara tradisional, walaupun kandungan gizinya tidak jauh berbeda. Di Indonesia produk makanan kecap ikan masih belum umum, dan pembuatan kecap ikan itu terbilang lama karena pada proses fermentasi yang dilakukan secara tradisional memerlukan waktu yang berbulan-bulan untuk menghasilkan rasa yang enak. ada cara lain yang tidak memerlukan waktu yang lama yaitu dengan menggunakan enzim papain dan bromelin, tetapi apabila kita menggunakan enzim tersebut tidak dapat dihasilkan rasa yang baik bila dibanding dengan cara yang sederhana. tetapi hal itu bisa dinetralisir dengan menambahkan bumbu-bumbu pembentuk rasa dan aroma.
Enzim Bromelain adalah enzim protease yang
ditemukan dalam nanas (Ananas comosus) yang termasuk dalam keluarga tanaman
Bromeliaceae. Bromelain terutama
ditemukan di bagian batang nanas. Strukturnya terutama terdiri dari protease
sistein. Bromelain juga mengandung amilase,
selulase, asam fosfatase, dan asam peroksidase dalam jumlah yang sangat kecil. Enzim ini memiliki kemampuan menguraikan
struktur kompleks protein sehingga lebih mudah diserap tubuh. Agar aktif, bromelain memerlukan suhu
optimum antara 50 °C sampai 60 °C dan pH pada kisaran 3,0-8,0. Untuk mempermudah mengkonsumsi,
bromelain juga tersedia dalam bentuk suplemen. Bromelain
pertama kali diekstrak pada tahun 1891 dan diperkenalkan sebagai suplemen
terapi pada tahun 1957.
2.4.3. Enzim Papain
Enzim papain adalah
enzim protease yang terkandung dalam getah papaya, baik dalam buah, batang
maupun daunnya. Sebagai enzim yang berkemampuan sebagai memecahkan molekul
protein, dewasa ini papain menjadi suatu produk yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia, baik di kehidupan rumah tangga maupun industri.
2.5. Proses pembuatan Kecap Ikan
1. Pengolahan ikan segar
Dipilih ikan
yang segar yang dapat diperoleh dari berbagai jenis ikan sehingga dapat
menggunakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis rendah, daya simpan lama,
memiliki cita rasa dan aroma yang enak.
2. Pencucian dan
penyortiran
Dalam tahap
ini dilakukan pencucian dan pemisahan antara ikan berukuran besar dan kecil.
a. Bila menggunakan ikan ukuran sedang dan
besar, ikan harus disiangi untuk membuang jeroan, insang dan penghilangan
tulang-tulang. Kemudian ikan dicuci, dibelah dan dipotong-potong
berukuran 3-4 cm.
b. Bila menggunakan ikan
berukuran kecil (teri) ikan cukup dicuci
dan ditiriskan
3. Penyusunan
dalam Fermentor
· Kecap No. 1
Dasar wadah fermentor ditaburi dengan garam
yang telah ditumbuk halus setinggi 0,25 cm, kemudian ikan disusun
membentuk satu lapisan.Di atas lapisan ini
ditaburi lagi garam setinggi 0,25 cm
secara merata, kemudian diatasnya disusun lagi satu lapis ikan.
Demikian seterusnya sampai wadah penuh. Garam yang digunakan
adalah 20 % dari berat ikan karena pada proses penggaraman
pada pengolahan ikan akan menyebabkan hilangnya protein ikan sebesar 5%
tergantung pada kadar garam dan lama penggaraman, untuk itu dianjurkan garam
yang ditambahkan tidak melebihi 40 bagian dari berat ikan artinya pada proses
ini setiap 1 kg ikan membutuhkan 200 g garam halus.
·
Kecap No. 2
Ikan-ikan
yang belum hancur, dapat ditambahkan garam 5% dari berat ikan semula. Kemudian
Dilakukan perlakuan yang sama seperti pada fermentasi kecap no 1.
4. Penutupan fermentor
dan diberi pemberat
Wadah
ditutup rapat ini berfungsi agar udara dari luar tidak masuk. Karena
ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini
berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Untuk bakteri-bakteri
penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung.
5. Proses fermentasi
Disimpan
(difermentasi) selama 3-6 bulan. Selama proses fermentasi terjadi hidrolisis
jaringan ikan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Peran
enzim-enzim ini adalah sebagai pemecah ikatan polipeptida-polipeptida menjadi
ikatan yang lebih sederhana. Mikroorganisme yang berkembang selama fermentasi
ikan tidak diketahui sepenuhnya. Walaupun demikian diperkirakan jenis-jenis
bakteri asam laktat seperti Laucosotic mesenterides, Pediococccus cerevisiae
dan Lactobacillus plantarum berkembang. Beberapa jenis khamir juga diperkirakan
ikut berkembang dalam fermentasi.
6. Penyaringan
Setelah
masa fermentsi tersebut, saluran cairan
pada bagian wadah dibuka, dan ciran yang keluar
ditampung melalui kain saring (2 lapis). Penyaringan berfungsi agar
mendapatkan kecap ikan yang jernih bebas dari ampas dan kotoran lainnya.
7. Pembotolan dan pasteurisasi
Kecap
yang masih panas segera dimasukkan ke
dalam botol, kemudian ditutup rapat dan diberi label. Proses
pasterisasidapat dilakukan dengan cara pemanasan botol. Pasterisasi berfungsi
untuk membunuh kuman atau bakteri dari luar yang dapat merusak kualitas kecap
ikan.
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
Pada praktikum pembuatan kecap ikan
dilakukan pada :
Hari :
Rabu – Minggu
Tanggal : 16 Oktober 2013 – 20 Oktober 2013
Tempat :
TEVA (Teaching Vactory) Akademi Perikanan Sidoarjo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan
yang digunakan dalam praktikum pembuatan kecap ikan adalah sebagai berikut :
Ø
Pisau
Ø
Talenan
Ø
Ember/baskom
Ø
Blender
Ø
Saringan
Ø
Panci
Ø
Kompor
Ø
Botol
tempat penyimpanan
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum pembuatan kecap ikan adalah sebagai berikut :
Ø
Ikan
Mujair kecil (150 gram)
Ø
Garam 20
% ( 30
gram)
Ø
Nanas/enzim
bromelin
5 % ( 7,5
gram )
3.3 Skema Alur Proses Pembuatan Kecap Ikan
Penghalusan
|
Penggaraman
20-30%
|
Hidrolisa 4
hari (± 600C)
|
Penyaringan
|
Pe-non
aktifan enzim
|
Kecap Ikan
|
Penimbangan
150 Gram
|
Pencucian I
|
Pencucian
II
|
Penghilangan
Bau Amis
|
Ikan
|
Penyiangan
|
Penambahan Papain/ Bromelin 5-15%
|
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses
Pembuatan Kecap IKan
a. Tawing
Ikan mujair kecil tanpa kepala atau
bisa juga disebut cepret head less
yang didatangkan dalam keadaan beku kemudian ditawing terlebih dahulu agar bisa diambil dagingnya.
b.
Pengerokan
daging
Ikan mujair kecil yang sudah ditawing selanjutyan di belah dibuang duri
dan kotoranya dikerok di ambil dagingnya saja.kulitnya juga ikut dibuang, atau
kalau bisa kulitnya ini bisa dimanfaatkan untuk keripik kulit, dan
tulang-tulangya bisa dimanfaatkan untuk tepung tulang.
c.
Pengupasan
buah nanas
Buah nanas dikupas dibuang kulitnya
dan kelompok kami hanya mengambil bagian daging dari buah nanas. Karena bagian
daging dari buah nanas diyakini banyak mengandung enzim bromelin.
d.
Penggilingan
Daging hasil kerokan tadi kemudian
digiling menggunakan blender agar tekstur daging lebih halus dan mempermudah
proses perombakan oleh enzim bromelin yang kita gunakan dalam pratek pembuatan
kecap ikan.
e.
Penimbangan
Bahan – bahan yang akan digunakan
ditimbang sesuai dengan prosentase yang telah ditentukan, daging ikan yang
digunakan yaitu 150 gram, garam yang digunakan 20% dari berat daging ikan atau
30 gram, sedangkan enzim yang digunakan yaitu enzim bromelin yang digunakan
yaitu bagian tengah dari buah nanas sebanyak 7,5 gram atau 5 % dari berat
daging ikan yang digunakan.
f.
Pencampuran
Bahan
Pertama daging ikan dicampurkan dengan
dengan garam dan diaduk sampai benar – benar mereta, setelah itu campurkan
enzim bromelin dan aduk juga sampai merata, tujuan penggunaan enzim bromelin
ini adalah untuk mempercepat reaksi.
g.
Pemasukkan
dalam botol
Setelah semua bahan sudah tercampur
merata kemudian dimasukkan kedalam botol dan ditutup rapat agar proses
hidrolisa dapat berjalan dengan baik.sehingga semua daging ikan bisa terombak
menjadi kecap ikan.
h.
Hidrolisis
Proses hidrolisis ini dikakukan selama
4 hari , setiap satu hari dilakukan pengamatan untuk mengetahui perubahan yang
terjadi, suhu yang digunakan pada proses ini adalah 60°C.
i.
Penyaringan
Penyaringan dilakukan dengan
menggunakan saringan halus atau bila perlu dilapisi dengan kapas agar hasil penyaringan
bisa bener-benar maksimal.
j.
Pe-non
Aktifan Enzim
Pe-non aktifan enzim ini dilakukan
dengan cara memanaskan kecap dengan suhu tinggi, karena pada suhu tinggi enzim
akan berhenti bekerja. Selain itu pemanasan ini bertujuan agar kecap bisa tahan
lebih lama.
4.2.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan Praktikum kecap ikan
dengan memanfaatkan enzim bromelin dari buah nanas
a.
Hari
Pertama
Gambar 1. Pengamatan Hari Pertama
Pada gambar tersebut terlihat cairan
yang ada dalam botol kecap ini masih belum banyak dan masih banyak gumpalan
yang menggumpal dala larutan kecap tersebut. Penambahan enzim bromelin ini
dapat mempercepat proses hidrolisis pembuatan kecap ikan. Karena enzim ini
berperan dalam pemecahan protein ileh enzim proteolitik yang menjadikan daging
ikan terombak menjadi lebih lunak dan kadar air yang ada dalam daging tersebut
tertarik keluar oleh adanya penambahan garam dalam pembuatan kecap ikan ini.
Warna pada hari pertama sangat keruh karena aktifitas enzim bromelin dalam
menghidrolisis protein ikan masih berlangsung pada tahap awal dan belum
berlangsung maksimal.
b.
Hari
Kedua
Gambar 2. Pengamatan Hari Kedua
Pada hari kedua cairan kecap yang
dihasilkan semakin encer tetapi masih terlihat gumpalan pada cairan kecap
tersebut. Karena enzim bromelin yang ditambahkan pada pembuatan kecap ini tidak
dapat menghidrolisis semua produk, sehingga masih ada sisa produk atau subsrat
yang menggumpal sebagai sisa hidrolisa. Semakin
banyak kadar bromelin yang ditambahkan semakin sedikit gumpalan sisa yang
dihasilkan dan semakin besar juga volume yang dihasilkan. Karena kadar bromelin
hanya 5% yang ditambahkan pada pembuatan kecap ikan ini pada pengamatan hari
kedua cairan menjadi lebih banyak dan masih berwarna coklat keruh. Adanya garam
yang mengikat air dengan kadar 20% yang ditambahkan dala kecap ini membuat
larutan semakin encer dan semakin lama larutan semakin encer juga. Semakin
banyak kadar garam yang ditambahkan dalam pembuatan kecap, maka hasil dari
larutan kecap akan semakin banyak juga karena semakin banyak garam yang dapat
menarik air keluar dari daging ikan selama proses hidrolisa berlangsung.
Ditambah juga dengan penambahan enzim bromelin yang dapat memecah protein
dengan cepat selama proses hidrolisis berlangsung.
c.
Hari
Ketiga
Gambar 3. Pengamatan hari Ketiga
Pada hari ketiga pengamatan ini gumpalan pada pembuatan kecap
ini semakin berkurang dibandingkan dengan hari kedua dan hari pertama. Hal ini
disebabkan aktifitas enzim yang berperan dalam pembuatan kecap ini sudah
berlangsung maksimal dengan cara menghidrolisis gumpalan daging ikan yang lebih
maksimal. Dan cairan yang dihasilkan juga semakin encer karena hasil dari
hidrolisis enzim bromelin ini semakin banyak sehingga gumpalannya semain
berkurang. Dengan adanya enzim bromelin ini warnanya cairan yang dihasilkan
pada hari ketiga semakin keruh dan bertambah coklat. Karena semakin banyak
cairan dari hasil hidrolisa sehingga banyak air yang keluar dari gumpalan
daging sehingga cairan lebih banyak dan warnanya semakin keruh. Warna yang semakin
keruh ini dapat juga terjadi karena adanya pemecahan protein yang secara terus
menerus sehingga mengakibatkan perubahan struktur protein pada daging ikan
sehingga warnanya air yang diahsilkan dari proses selama hidrolisis ini berubah
semakin keruh.
d.
Hari
keempat
Pada hari keempat yaitu hari terakhir
proses hidrolisa pada praktikum pembuatan kecap ikan dengan memanfaatkan enzim
bromelin. Hasilnya yaitu masih ada gumpalan daging ikan yang masih belum
mencair meskipun jumlahnya tidak banyak, warna yang dihasilkan yaitu coklat
keputihan, pada hari itu juga dilakukan penyaringan dan penonaktifan enzim.
Gambar dari pengamatan pada hari ke empat dapat dilihat pada gabar dibawah ini
:
(a)
(b) (b)
4 (a) 4
(b)
Gambar 4.(a) Pengamatan Hari Keempat
Sebelum Penyaringan
(c) Setelah Penyaringan
Pada pengamatan hari keempat ini
cairan berwarna coklat agak keputihan dan lebih jernih karena semakin lama
proses hidrolisa berlangsung semakin encer larutan yang dihasilkan dan semakin
jernih pula warna yang dihasilkan. Gumpalan yang dihasilkan pada hari keempat
ini sudah sangat berkurang dan hampir terlarut dengan maksimal karena enzim
bromelin ini dapat menguraikan daging ikan secara maksimal. Sehingga gumpalan
yang dihasilkan semakin berkurang. Dengan penambahan kadar bromelin 5% dan
kadar garam 20% pada pembuatan kecap ikan membuat kecap ikan semakin cepat
proses hidrolisanya dan gumpalan yang dihasilkan semakin sedikit. Setelah
penyaringan dilakukan untuk memisahkan gumpalan daging ikan dengan cairan
dilakukan pemanasan pada air mendidih selama 30 detik untuk menonaktifkan enzim
bromelin pada kecap. Karena jika enzim tidak dinonaktifkan akan terus bekerja
dan dapat merusak kecap karena terus menerus menghidolisa larutan kecap.
Setelah enzim dinonaktifkan maka hanya tersisa larutan kecap ikan tanpa enzim
lagi yang akan difermentasikan selama 30 hari untuk mencapai kecap ikan yang
layak untuk dikonsumsi.
Kecap ikan yang ditambahkan dengan
enzim bromelin lebih baik hasilnya karen enzim bromelin ini dapat menghasilkan
lebih sedikit gumpalan dengan kadar garam 20%. Garam selain dapat menghambat
bakteri yang dapat tumbuh dan tidak diinginkan dalam pembuatan kecap ikan ini
juga dapat berfungsi untuk menarik kadar air yang ada dalam daging sehingga
proses hidrolisis dapat berlangsung dengan cepat dan sempurna.
4.3.2. Pengamatan Setelah 1 Bulan
Setelah
dilakukan fermentasi selama 1 bulan
pada kecap ikan mujair ini terjadi berbagai
perubahan pada
kecap tersebut. Kecap ikan menjadi sangat encer, berbau amis khas ikan,
warnanya coklat
dan tidak ada gumpalan sama sekali yang terdapat pada kecap tersebut. Karena semakin lama
proses fermentasi protein yang terhidrolisis pada ikan semakin banyak karena protein
ikan akan diubah menjadi asam amino dan peptide. Selanjutnya asam amino akan
diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana yang akan mempengaruhi
cita rasa produk. Setelah fermentasi rasa kecap ikan ini sangat asin dan baunya
segar speisfik khas ikan serta hasil kecap yang dihasilkan sangat jernih. Hal
ini terjadi akibat adanya proses fermentasi yang dapat memperbaiki citarasa produk.
Dengan
adanya fermentasi juga dapat meningkatkan asam amino yang juga mengandung
unsure nitrogen terlarut yang merupakan protein tinggi. Jadi semakin lama waktu
fermentasi semakin banyak pula peningkatan asam amino yang mengandung unsure
nitrogen. Sehingga semakin lama fermentasi kandungan protein pada kecap ikan
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Selain itu waktu fermentasi juga
berpengaruh nyata terhadap rasio N-a-amino dengan total Nitrogen, dimana
terjadi peningkatan rasio selama fermentasi berlangsung. Berdasarkan hasil
analisa kadar Nitrogen terlarut kecap ikan, diperoleh hasil bahwa kadar
Nitrogen terlarut sangat nyata dipengaruhi oleh, jenis enzim menghidrolisa,
jenis kultur mikroba, dan waktu fermentasi (Alexander dan Griffiths, 1992).
Ikan
yang dijadikan bahan baku sebagai kecap ikan yang difermentasikan berarti akan
semakin menambah kadar protein yang dihasilkan dengan bantuan mikroba yang
halofilik yang ada selama proses fermentasi dengan penambahan garam. Protein
yang telah dihidrolisa selama proses hidrolisa berlangsung dengan bantuan enzim
papain yang mengandung enzim proteolitik untuk memecah protein kemudian
dinonaktifkan dengan pemanasan. Selama proses hidrolisa ini telah terjadi
penambahan volume kecap ikan dan keencerannya akibat hidrolisa gumpalan daging
oleh enzim papain ini. Dan selanjutnya difermentasikan untuk menambah nilai
protein dan citarasa pada kecap yang akan dihasilkan.
Garam
dalam proses fermentasi berfungsi untuk mencegah mikrobiologi yang tidak
dikehendaki tumbuh di dalam produk. Karena garam dapat membantu pertumbuhan
halofilik yang suka garam dan dapat membantu berlangsungnya proses fermentasi
pada kecap ikan. Dengan adanya mikrobiologi pada kecap ikan selama proses
fermentasi dapat mempercepat reaksi pemecahan gugus asam amino menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan mengandung banyak nitrogen terlarut.
Sehingga dapat menigkatkan juga kadar protein pada kecap ikan yang akan
dihasilkan.
V. KESIMPULAN
1.
Kecap
berwarna coklat tua, berbau khas, rasa asin ini, hal ini terjadi karena
penambahan ezim bromelin, garam dan pemanasan saat proses fermentasi terjadi.
2.
Secara
umum proses pembuatan kecap ikan dengan memanfaatkan enzim bromelin meliputi, tawing
bahan baku, pengerokan daging, pengilingan daging ikan dan bagia tengah
buah nanas, penimbangan bahan-bahan, pencampuran bahan-bahan, pemasukkan dalam
botol, hidrolisa, penyaringan dan pe-non aktifan enzim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar